Rabu, 26 Oktober 2011

Kelas x Smt 1,Kompetensi Dasar : Melafalkan kata dengan artikulasi yang tepat

A.  Bunyi dan Alat Ucap Manusia
            Artikulasi dapat diartikan dengan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.  Ilmu yang mempelajari alat ucap manusia dan tata bunyi yang dihasilkannya disebut fonologi.  Alat ucap manusia menghasilkan lambang- lambang bunyi yang bermacam-macam. Setiap bunyi yang dihasilkannya memiliki ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses pengucapannya.  Setiap lambang bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam bahasa tulis dan fonem untuk bahasa lisan.
            Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya arus ujaran yang masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita suara serta getaran di sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek bunyi. Jika arus yang keluar tidak mendapatkan hambatan atau rintangan, akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan menjadi kelompok vokal, yaitu a, i, u, e, o (berjumlah lima huruf), tetapi diucapkan dengan  enam fonem /a/, /i/, /u/, /e/,/€/, /o/. Bentuk ucapan e ada yang lemah /ə/ dan e lebar atau /€/,  bentuk gabungannya disebut dengan diftong. Diftong adalah gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain.
Contoh diftong  ialah: au, oi ai, yang dibaca (aw), (ay), (oy).
Contoh kalimat:
1.  Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2.  Mereka bermain voli pantai. (pantay)
3.  Para buruh memboikot (memboykot) pertemuan itu.
            Proses bunyi ujar yang dihasilkan oleh karena arus ujaran yang keluar mendapat hambatan disebut konsonan. Proses itu terdiri atas hal-hal berikut :
1.     Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan
kedua bibir; seperti b, p, m.
2.     Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak
lebar. Contoh : h.
3.     Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang
(artikulator) dan langit-langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g,
ng, kh, q.
4.     Labiodental,bilabunyiujaryangdihasilkandenganmempertemukan
gigi atas (titik artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti
f, v, w.
5.     Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung
lidah (artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik artikulator),
seperti t, d, n.
6.     Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari
paru-paru yang mendapat halangan getaran lidah. Contoh : s, z, sy.
7.     Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak
sebagai artikulator dengan lidah bagian belakang sebagai titik
artikulasinya. Contoh : r – tidak jelas.
8.     Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah
ke langit-langit lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar
menimbulkan bunyi ujar. Contoh : r – jelas.

            Di samping bentuk gabungan vokal yang menimbulkan bunyi luncuran, pada konsonan terdapat bunyi atau fonem yang memiliki bentuk pengucapan yang lebih dari satu. Namun, perbedaan pelafalannya tak memengaruhi arti. Misalnya, pada fonem /p/ pada kata  panen  merupakan lafal terbuka dan biasanya penempatannya di awal kata, sedangkan lafal tertutup pada kata atap terdapat pada akhir kata ini disebut dengan alofon. Demikian pula pada fonem /b/ akan dibaca [b] jika di awal kata, namun dilafalkan /p/ bila berada di akhir kata.

Contoh:
 -  [lembab] dilafalkan  [lembap>]
 -  [jawab]   dilafalkan  [jawap>]
 -  [adab]     dilafalkan  [ adap>] Tapi diucapkan /b/ kembali bila diberi akhiran –an
Contoh:
-  [lembap>]      [kelembaban]
-  [jawap>]         [jawaban]
-   [adap>]          [peradaban]

            Gejala pelafalan ini juga terjadi pada fonem /d/ yang dilafalkan /t>/ bila berada di akhir kata, tapi kembali dibaca /d/ jika diberikan akhiran yang ada vokalnya. Misalnya, kata [abad] dibaca [abat>], tapi kembali /d/ pada [abadi].
            Yang perlu dicermati sebenarnya adalah bila perbedaan lafal tersebut memengaruhi arti. Dalam bahasa Indonesia, perbedaan ucapan pada satu bentuk kata atau tulisan yang sama, tapi diucapkan berbeda dan menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentuk homograf.
Contoh:
-fonem /e/ pada kata apel [apəl] dan fonem /Є/ pada kata apel [apЄl]. Kata [apəl] bermakna jenis buah dan kata [apЄl] bermakna upacara bendera.
-   seret [ səret ]                        = berarti tersendat-sendat; tidak lancar
-   seret [ sЄret ]                       = berarti menaik suatu benda menyusur tanah
-   serang [ sЄrang ]                  = berarti nama tempat / wilayah di Jawa Barat
-   serang [ sərang ]                   = berarti penyerbuan atau serbu.
           

B.  Melafalkan Kata Secara Baku dan Membedakannya dari Lafal Daerah

            Dalam  bahasa Indonesia, penulisan secara  baku telah  diatur  dalam  Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).  Untuk penggunaan secara  lisan yang berkaitan dengan bagaimana sebuah  kata diucapkan  atau  dilafalkan secara benar  hanya  berpedoman pada  pengucapan  sesuai dengan huruf yang membentuk kata tersebut. 
            Kata di dalam bahasa Indonesia selain berasal dari bahasa Melayu,  banyak juga yang  berasal dari bahasa  daerah.  Kata-kata yang berasal dari bahasa daerah  tentunya  telah dengan bagaimana sebuah kata diucapkan atau dilafalkan secara benar diadaptasi  menjadi  kata  baku  bahasa  Indonesia.  Kata  yang  telah  baku  harus  diucapkan  hanya berpedoman pada pengucapan sesuai dengan huruf yang membentuk berdasarkan lafal bakunya. Ukuran ucapan baku dilihat dari pelafalan bunyi terhadap fonem kata tersebut. pembentuk  katanya  dan  tidak  terpengaruh  oleh  unsur  bahasa  daerah.  Meskipun  ucapan  itu sering dan lazim diucapkan terutama dalam situasi nonformal.
            Contoh lafal baku dan tidak baku yang terpengaruh bahasa daerah atau logat tertentu.
Lafal Baku                                    
Tidak Baku
kantung
rabu
kebun
kursi
senin
lubang
ziarah
kantong
rebo
kebon
korsi
senen
lobang
jiarah
belum
telur
siapa?
teman
pohon
belon
telor
siape?
temen
puhun
bus
kemarin
izin
foto
bis
kemaren
ijin
poto’
pedas
tefe
seram
kerbau
kamis
silakan
siapa?
biasa
dengar
bakso
pedes
tifi
serem
kebo’
kemis
silahken
sapa?
biaso
dεngar
mbakso

c. Pelafalan Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang di Indonesiakan. Proses penyerapan terjadi jika ada proses adaptasi dan asimilasi. Adaptasi terdi jika sebuah kata secara utuh diserap tanpa adanya perubahan dan pelafalan, contoh: coffe break, money politics, money changer,super power, reshuffle. Proses asimilasi ialah bila sebuah kata asing diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan perubahan sesuai pengucapan dan bentuk penulisan Indonesianya.
Contoh :
-   contingent                    =kontingen               dilafalkan    kontingen
-   directur                        =direktur                  dilafalkan  direktur
-   effective                       =efektif                     dilafalkan  efektif
-   trotoir                          =trotoar                    dilafalkan  trotoar
-   survey                          =survai                     dilafalkan  surfey
-   carier                           =karier                     dilafalkan  karir
-  percentage                    =persentase              dilafalkan  persentase bukan prosentase
-   complex                       =kompleks               dilafalkan  kompleks

            Dalam percakapan atau dialog, pengucapan harus jelas dan tepat agar pendengar dapat merespons dengan baik perkataan yang diucapkan. Artinya, ucapan selain harus dengan intonasi yang   tepat juga harus dengan lafal atau artikulasi yang jelas. Pengucapan dengan artikulasi yang tepat atau jelas terutama pada kata-kata yang bunyinya hampir sama jika diucapkan. Bila tidak diucapkan dengan tepat dan jelas, dapat terjadi salah pengertian atau salah paham. Kata-kata yang hampir sama bunyinya jika diucapkan seperti kata di bawah ini:
-  keamanan                      kenyamanan            
-  makanya                        makannya 
-  penanya                         penanya
-  adanya                           badannya
-  setara                             sertanya
-  peletakan                       perekatan
-  kemerahan                     kemarahan
-  kesabaran                      kesadaran  dan sebagainya

            Pemahaman terhadap alat ucap dan bunyi yang dihasilkan sesuai dengan pengucapan atau artikulasi membuat pemakai bahasa bersikap cermat dalam melafalkan setiap kata, singkatan, dan unsur serapan sesuai dengan lafal baku. Dengan pelafalan fonem yang tepat baik vokal maupun konsonan serta bentuk alofon dan variasinya, kesalahpahaman terhadap makna kata tidak terjadi dan komunikasi dapat berjalan dengan efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar