Rabu, 26 Oktober 2011

Kelas x Smt 1,Kompetensi Dasar : Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata

A.  Kelas Kata
            Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat. Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di  dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.
            Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa. Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.
1.   Kata kerja (verba)
2.   Kata sifat (adjektiva)
3.   Kata keterangan (adverbia)
4.   Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
5.   Kelompok kata tugas ialah : 
1.   Kata Sandang (artikel)
2.   Kata Depan (preposisi)
3.   Kata Hubung (konjungsi)
4.   Partikel
5.   Kata Seru (interjeksi)
1.  Kata Kerja (Verba)
            Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
            Ciri kata kerja:
1.  Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah
Contoh: akan mandi, akan tidur, sedang makan, telah pulang
2.  Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak makan, tidak tidur.
3.  Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS
Contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat.
Macam-macam kata kerja (verba):
a.  Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur
b.  Verba turunan, terdiri atas:
1.  Verba berafiks:
     Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
2.  Verba bereduplikasi:
Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah.
c.  Verba berproses gabung:
Contoh:  bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d.  Verba majemuk :
Contoh:  cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
e.  Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek)
Contoh :   -  Saya menulis surat.
                     S         P           O
                -   Adik membeli balon.
                    S           P          O
f.  Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek)
Contoh :    -  Mereka duduk di taman.
                                  S           P               K
                  -  Anak-anak itu bersepeda di sepanjang pantai.
                                      S                        P                    K
   -   Adik sedang mandi.
          S                    P
2.  Kata Sifat (Adjektiva)
            Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/ benda. Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.

Ciri-ciri kata sifat:
1.  Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling
Contoh:  lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
2.  Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali
Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
3.  Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya
Macam-macam adjektiva:
a.  Ajektiva dasar, seperti  adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
b.  Adjektiva turunan terdiri atas:
1.   adjektiva berafiks
      contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
2.   adjektiva bereduplikasi:
      contoh:  muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
3.   adjektiva berafiks –i, -wi, -iah
       contoh:  abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.
c.  Adjektiva deverbalisasi, misalnya:   melengking, terkejut, menggem- birakan, meluap.
d.  Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria, berbusa, dan lain-lain
e.  Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang, bertambah.
f.  Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
g.  Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
h.  Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.
i.  Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha kuasa.

3.  Kata Keterangan (Adverbia)
            Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Macam-macam adverbia:
a.  Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.

b.  Adverbia turunan terbagi atas:
1.   Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.
2.   Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
3.  Adverbia  yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4.  Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
a. Kata Benda (Nomina)
            Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak).   Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Ciri-ciri kata benda:
1.  Dapat diingkari dengan kata bukan
Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
2.  Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS
Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.
Macam-macam nomina:
a.  Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.
b.  Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
c.   Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
d.  Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
e.  Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
f.   Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
g. Nomina dari   proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara, pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
h.  Nominalisasi dengan si  dan sang, misalnya: si kecil, si manis, sang kancil, sang dewi.
i.   Nominalisasi dengan yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.
b.  Kata Ganti (Pronomina)
            Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain.  Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.
Macam-macam pronomina:
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1)  pronomina persona, (2)  pronomina penunjuk  (3)  pronomina penanya.
1.  Pronomina Persona
a).  Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau.
b).  Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
c).  Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
       (a). Pronomina persona I (kata ganti orang I)  : saya, aku (tunggal), dan kami, kita (jamak)
(b). Pronomina persona II (kata ganti orang II)  : kamu, engkau, Anda (tunggal), dan kalian, Anda sekalian (jamak)
(c).  Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka (jamak)
d).  Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu, misalnya : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-masing  sendiri.
2.  Pronomina Penunjuk
Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam.
(a)  Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
(b)  Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana.
(c)  Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.
3.  Pronomina Penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.
Contoh: siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa.
c.   Kata Bilangan (Numeralia)
            Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Macam-macam numeralia:
a).  Numeralia utama (kardinal), terdiri atas:
(a).  Bilangan penuh, misalnya: satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.
(b).  Bilangan pecahan, misalnya: sepertiga, duapertiga, lima perenam.
(c).  Bilangan gugus, misalnya: selikur (21), lusin, gros, kodi, atau ton.
b).  Numeralia tingkat, yaitu numeralia yang menunjukkan urutan atau struktur
Misalnya:  pertama, kesatu, kedua, keempat, ketiga belas.
c).  Numeralia kolektif, numeralia yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya : ketiga (ke + Num), ribuan, ratusan (Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)
5.   Kelompok Kata Tugas
Kata tugas terdiri atas:

a.   Kata Sandang (Artikel)
Kata sandang atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda.
Macam-macam artikel:
a).  Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.
b).  Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para ilmuwan.
c).  Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.
d). Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar kehormatan),  Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra lama)
b.  Kata Depan (Preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposisional).
Macam-macam preposisi:
a).  Preposisi dasar, misalnya:  di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
b).  Preposisi turunan, terdiri atas:
(a).  gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.
(b). gabungan  preposisi + preposisi +  non-preposisi, misalnya : di atas rumah, dari tengah-tengah kerumunan.
(c).  gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah ke  jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
c).  Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang, seputar.
c.  Kata Hubung (Konjungsi)
            Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang   berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Macam-macam konjungsi:
a).   Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.
b).   Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian, setelah itu.
c).   Konjungsi pilihan, misalnya: atau
d).   Konjungsiperlawanan,misalnya: tetapi,sedangkan,namun,sebaliknya, padahal.
e).   Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan lain-lain
f).    Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya dan lain-lain
g).   Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain
h).   Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya, seumpamanya.
i).    Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
j).    Konjungsi perluasan, misalnya: yang
k).   Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa
l).    Konjungsi penegasan, misalnya: bahkan dan malahan
m).  Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.
d.  Partikel
            Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).
Macam-macam partikel:
a).   kah, misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
b).   kan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
c).   deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu.
d).   lah, misalnya: Tidurlah hari sudah malam!
e).   dong, misalnya: Bagi dong kuenya.
f).    kek, misalnya: cepetan kek, lama sekali.
g).   pun, misalnya:  Membaca pun ia tak bisa.
h).   toh, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah.
i).    yah, misalnya: Yah, apa aku bisa melakukannya?
e.  Kata Seru (Interjeksi)
            Kata seru atau interjeksi adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati atau berbagai ungkapan perasaan.
Macam-macam interjeksi :
a).  Seruan atau panggilan, misalnya: hai, ayo, halo, wahai.
b).  Keheranan atau kekaguman, misalnya:  aduhai, amboi, astaga, wah.
c).  Kesakitan, misalnya: aduh
d).  Kekecewaan atau kekesalan, misalnya: uh, brengsek, buset, yaa.
e).  Kekagetan, misalnya: lho, masya Allah, Astagfirullah, ya Gusti.
f).  Kelegaan, misalnya: Alhamdulillah, nah, syukurlah.
g).  Kejijikan, misalnya: bah, cih, cis, hii, idih, ih.


B.  Frasa  dan  Macamnya
            Frasa adalah bagian kalimat yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi atau jabatan di dalam kalimat. Di dalam kalimat terdapat subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (pel).
Contoh :
-   Dokter membaca buku.
 S        P              O
-   Dokter muda  sedang membaca  buku cerita.
S             P                            O
-   Dokter muda ganteng sedang asyik membaca buku cerita komik.
 S                                              P                                   O
            Pada contoh di atas, kata dokter dapat diperluas menjadi dokter muda, dokter muda ganteng, tapi tetap menduduki satu fungsi di dalam kalimat yaitu,     subjek. Demikian pula dengan membaca, diperluas menjadi      sedang membaca         dan       sedang asyik membaca  tetap berkedudukan sebagai   predikat Begitu juga pada kata buku, diperluas menjadi buku cerita dan buku cerita komik tetap berkedudukan sebagai objek.
Frasa dibedakan atas:
1.  Frasa nominal: frasa yang unsur pusatnya kata benda.
Contoh :     -  kamar anak
                        -  buku gambar
2.  Frasa  verbal: frasa yang unsur pusatnya kata kerja.
Contoh :     -  sedang tidur
                        -  telah belajar
3.  Frasa  adjektival: frasa yang unsur pusatnya kata sifat.
Contoh:    -  cukup pintar
                      -  agat lambat
4.  Frasa  adverbial: frasa yang unsur pusatnya kata keterangan.
Contoh:     -  pagi sekali
                      -  sangat tekun
5.  Frasa   preposisional (kata depan): frasa yang terdiri dari unsur kata depan dan kata benda.
Contoh:      -  di kota
                       -  dari kantor

C.  Memanfaatkan Kelas Kata dalam Menyusun Perincian pada Kalimat
            Sering  kita  menemukan  kalimat  yang  kurang  efektif. Apalagi  kalimat tersebut  berbentuk  kalimat  majemuk  yang  menggunakan  banyak  unsur keterangan atau berbentuk perincian. Untuk menyusun kalimat seperti ini dan agar mudah dipahami, kita harus berpedoman pada ciri kalimat efektif.
            Ciri-ciri kalimat efektif antara lain adalah adanya kesejajaran bentukan kata dan penghematan dalam penggunaan kata. Yang dimaksud dengan kesejajaran adalah kesamaan pilihan bentukan kata pada kalimat luas yang berisi perincian. Jika bentukan kata pertama berupa kata benda (nomina), kata berikutnya harus berbentuk kata benda.   Jika kata pertamanya berbentuk kata kerja (verba), kata berikutnya dan seterusnya berbentuk kata kerja. Pemahaman terhadap kelas kata dapat memudahkan kita menyusun kalimat yang berisi pemerian agar tetap efektif.
Contoh:
1.a.  ProsespendaftaranmasukSLTA dariSLTP dimulaidengan diserahkannya tanda kelulusan lalu mengambil  dan mengisi formulir dan tinggal mengamati hasilnya setiap hari.
        Menjadi:
1.b   Proses pendaftaran masuk SLTA  dimulai dengan penyerahan tanda kelulusan dari SLTP, lalu pengambilan serta pengisian formulir, dan pengamatan pada pengumuman hasilnya setiap hari.
2.a.  Kamu boleh tinggal di rumah ini dengan sewanya dibayar setiap bulan atau kaubisa membelinya dengan harga yang telah disepakati.
Menjadi:
2.b.  Kamu boleh menempati rumah ini dengan membayar sewanya setiap bulan atau kaudapat membelinya dengan harga yang telah disepakati.
3.a.  Hati-hati berbelanja di mall, sering terjadi kecopetan, penodongan, dan perampokan.
Menjadi:
3.b.  Hati-hati berbelanja di mall, sering terjadi pencopetan, penodongan, dan perampokan.
4.a.  Untuk menjadi siswa teladan, seseorang dituntut rajin, tekun, tidak ceroboh dan tak mudah putus asa.
Menjadi:
4.b. Untuk menjadi siswa teladan, seseorang dituntut rajin, tekun, teliti, dan optimis.
            Selain kesejajaran, dalam menyusun kalimat efektif juga diperlukan kehematan penggunaan kata. Kata-kata yang sama dan diulang-ulang dapat dibuang atau diganti dengan kata yang sejenis dan semakna sepanjang tidak mengubah pengertiannya. Umpamanya, untuk menghemat pengulangan nama orang/kita dapat menggunakan bentuk pronomina persona (kata
ganti orang).
Contoh :
            Pak Muhidin beserta anaknya tak dapat lagi berjualan di pinggir jalan protokol setelah barang dagangan Pak Muhidin  dan anaknya terkena razia petugas. Pak Muhidin tidak putus asa bersama anaknya, penjual pakaian jadi itu berjualan keliling kampung.
        Menjadi:
            Pak Muhidin beserta anaknya tak bisa lagi berjualan di pinggir jalan protokol setelah dagangan mereka  terkena razia petugas pamong praja. Ia  tidak putus asa. Bersama anaknya, ia  berjualan pakaian jadi keliling
kampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar